SOSIALISASI SENAM REMATIK PADA KADER
KESEHATAN
DI RW VII PETORAN KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES
SURAKARTA
A.
PENDAHULUAN
Harapan
hidup suatu bangsa seringkali dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan suatu
bangsa. Indonesia adalah suatu negara
yang sedang berkembang yang merupakan negara dengan perkembangan yang cukup
baik dimana pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar 7,28
% dan pada tahun 2020 sebesar 11,34 % (BPS 1992 dalam Darmojo 2010). Dari data
USA-Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan akan mengalami
pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-2025 yaitu
sebesar 414 % (Kinsella & Taeuber 1993 dalam Darmojo 2010). Meningkatnya
usia harapan hidup berarti semakin tinggi jumlah lansia di Indonesia, hal ini
merupakan konsekuensi logis berhasilnya pembangunan di Indonesia. Hal ini perlu
diantisipasi sehingga lansia menjadi bagian masyarakat yang produktif, mandiri
dan tidak menjadi beban masyarakat.
Perubahan-perubahan
akan terjadi seiring bertambahnya usia manusia dan kejadian penyakit akan
meningkat pula sejalan dengan bertambahnya usia. Sebab penyakit pada lansia ini
pada umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Penyebab tersebut antara
lain adalah adanya penurunan fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi
tua, pergantian sel parenkim oleh sel penyangga, produksi hormon yang menurun,
produksi enzim yang menurun dan penurunan imunitas tubuh (Darmojo 2010). Perubahan tersebut menyebabkan timbulnya
gangguan ataupun penyakit pada semua sistem termasuk memberi dampak pada sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang terkait. Perubahan pada sistem
muskuloskeletal dapat berupa gangguan
persendian seperti golongan rematik. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI 1980 dalam Darmojo 2010),
penyakit-penyakit yang banyak ditemukan pada lansia mengalami kenaikan, seperti
penyakit kardiovaskuler dari 0,1 % (1972) menjadi 0,6 % (1980), penyakit
susunan syaraf dari 0,1 % menjadi 0,2 %, penyakit sendi dan reumatik dari 0.1 %
menjadi 0,3 %. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh WHO-SEARO pada tahun 1991 di Jawa Tengah mengenai macam penyakit
dan kesehatan orang lanjut usia (60 tahun ke atas) yang dilakukan pada sebanyak
1203 orang yang dipilih secara random di desa dan di kota menunjukkan hasil
bahwa penyakit musculo skeletal disease
yaitu artritis / rheumatism menempati
urutan pertama yaitu 49 % (Darmojo 2010).
Penyakit
gangguan persendian merupakan salah satu penyebab utama terjadinya disabilitas pada
lansia.Pada sinovial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan
sendi, fibrilasi dan pembentukan celah dan lekukan di permukaan tulang rawan
(Stockslager & Schaeffer 2007).Gangguan persendian yaitu rematik mempunyai
tanda nyeri sendi ataupun tulang belakang.Penyakit ini menyerang sendi dan
struktur jaringan penunjang disekitar sendi sehingga menimbulkan rasa
nyeri.Biasanya lansia mengalami sakit ketika berjalan, naik tangga, bangun dari
tempat tidur ataupun saat berpakaian.Nyeri sendi akibat rematik ini masih
dianggap remeh oleh lansia, padahal rasa sakit yang timbul bisa mengganggu
lansia dan dapat membatasi lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Activity of Daily Living / ADL).
Kesehatan
pada lansia bukan hanya berdasar pada sehat
atau tidaknya seseorang dari segi fisik atau psikis. Terdapat tiga hal
yang menyangkut kesehatan pada lansia yaitu status fungsional, masalah
kesehatan utama pada lansia (sindroma geriatrik) dan penyakit (disease). Status fungsional
pada lansia menunjukkan kemampuan seorang lansia sebagai individu dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Kushariyadi 2011).
Beberapa
penelitian yang dilakukan di berbagai bagian dunia menunjukkan bahwa latihan
olah raga yang teratur pada populasi lansia masih memungkinkan perbaikan
kapasitas aerobik, sirkulasi darah dan berbagai organ-organ lain (Williamson
1985 dalam Darmojo 2010). Penelitian lain juga membuktikan bahwa kemungkinan
ketergantungan fungsional pada lansia yang tidak aktif akan meningkat sebnayak
40-60 % dibanding lansia yang bugar dan aktif secara fisik ( Reuben at el 1996
dalam Darmojo 2010). Edward dan Larson sebagaimana dikutip oleh Kane et al
(1994) menyatakan hasil penelitiannya bahwa latihan / olahraga dengan
intensitas sedang dapat memberikan keuntungan bagi para lansia melalui berbagai
hal, antara lain status kardiovaskuler, risiko fraktur, abilitas fungsional,
dan proses mental; peningkatan aktifitas tersebut hanya sedikit menimbulkan
komplikasi (Darmojo 2010).
Kualitas
hidup lansia terutama status fungsionalnya perlu ditingkatkan sehingga lansia
dapat melakukan ADL secara mandiri.Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung
pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri
sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai
kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau
merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). AKS ADL
pekerjaan rutin sehari-hari seperti halnya ; makan, minum, mandi, berjalan,
tidur, duduk, BAB, BAK, dan bergerak (Setiawan 2009).
Dalam
mengurangi rasa nyeri sendi serta mencegah penyakit rematik menjadi lebih
parah, dapat digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam
rematik.Menurut Nuhonni (2010) secara umum gerakan-gerakan senam rematik
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan
otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomedik sendi dan rasa posisi
sendi.Senam ini konsentrasinya pada gerakan sendi sambil meregangkan ototnya
dan menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk
menopang tubuh (Candra 2008).
Dari
survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal Oktober 2013 di RW VII Petoran Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres
Surakarta melalui wawancara dan
kuesioner , diperoleh data bahwa belum pernah dilakukan senam rematik pada warga
termasuk kader kesehatan dan lebih dari 40 % lansia mengalami nyeri sendi.
Para kader kesehatan mengatakan sangat ingin mengajari
warga terutama lansia yang mengalami nyeri sendi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup lansia dengan melalui kegiatan pelatihan tentang senam rematik.
B.
TINJAUAN PUSTAKA
Senam rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi mengatasi
keluhan yang biasa muncul pada penyakit rematik, misalnya kekakuan dan nyeri
sendi, kelemahan dan ketegangan otot.Senam rematik
hanyalah satu upaya untuk mencegah dan meringankan gejala-gejala rematik.Selain
juga berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien rematik dalam fase
tenang.Senam ini adalah salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan
terapi terhadap gejala rematik atau gejala osteoartritis (Wahyuni, 2008).Latihan
ini juga ditujukan bagi mereka yang sehat dan pasien rematik yang berada dalam
kondisi normal atau fase tenang. Gerakan rematik mencakup delapan komponen
gerak, yaitu : gerak menjaga postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerak
sendi, penguatan otot, penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan
keseimbangan, koordinasi, serta ketahanan otot. Gerakan-gerakan
senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan
dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomekanik sendi dan rasa
posisi sendi.Senam rematik ini konsentrasinya pada gerakan sendi sambil
meregangkan dan menguatkan otot, karena otot-otot inilah yang membantu sendi
untuk menopang tubuh (wahyuni, 2008).
Gerakan senam rematik dimulai dari pemanasan, inti 1, inti 2, dan di
akhiri dengan pendinginan.Gerakan senam rematik yang mempunyai pengaruh dalam
penurunan terhadap nyeri sendi yaitu terutama pada latihan inti 1 dan inti
2.Gerakan inti 1 tersebut meliputi gerakan strengthening and balancing yang
dapat memberikan kekuatan serta fleksibilitas otot (quadriceps dan hamstring)
dan sendi ekstrimitas bawah.Gerakan latihan inti 2 tersebut meliputi
menggenggam, meregangkan, dan menekuk telapak tangan menggunakan bola kecil
untuk melatih sendi jari-jari tangan dan pergelangan tangan serta menggunakan
bola besar yang dipakai pada gerakan rotasi tubuh untuk melatih otot-otot dada,
punggung dan perut serta lengan.Namun, pada gerakan latihan inti 2 ini masih
terdapat beberapa gerakan yang ditujukan untuk melatih otot quadriceps dan
hamstring.Berbagai gerakan senam rematik tersebut menyebabkan gerak sendi tidak
terbatas lagi nyeri atau kekakuan, mencegah kerusakan tulang rawan sendi, dan
memperkuat otot-otot di sekitar sendi.
Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun
duduk.Tetapi jika sendi-sendi besar seperti sendi panggul atau sendi lutut
tubuh tak cukup kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan
duduk.Hal ini berprinsip bahwa latihan fisik apapun harus dilaksanakan sesuai
kemampuan dan tidak boleh dipaksakan.Begitu halnya ketika melaksanakan senam
rematik sebaiknya tidak dipaksakan agar rasa nyeri tidak bertambah.Bila ingin
mendapatkan hasil maksimal, senam rematik dapat dibarengi dengan jenis olahraga
lain, misalnya berenang dan bersepeda.Senam rematik dilakukan rutin 3-5 kali
seminggu dengan durasi 30-60 menit.
Terdapat 8 tahapan senam rematik :
1. Menjaga
postur tubuh
2. Peregangan
otot
3. Latihan
lingkup gerak sendi
4. Latihan
penguatan otot
5. Latihan
penguatan kerja jantung dan paru-paru
6. Latihan
keseimbangan
7. Latihan
koordinasi
8. Latihan
ketahanan otot
Prosedur Senam Rematik
Warming Up (Pemanasan)
Bertujuan untuk :
1. Mempersiapkan
tubuh secara fisiologis dan psikologis untuk mulai melakukan latihan.
2. Meningkatkan
suhu tubuh secara bertahap melakukan gerakan-gerakan otot besar, mulai dari
kepala, bahu, tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah.
Gerakan tahap pemanasan senam rematik :
1. Mengambil
napas dari hidung dan membuang napas melalui mulut. Diikuti gerakan kepala
menunduk.
2. Gerakan
kepala menengok ke kanan kembali ke tengah, menengok ke kiri kembali ke tengah.
Dilanjutkan memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri, diakhiri dengan menunduk,
kemudian menengok ke kanan menundukkan kepala lalu kembali ke tengah
dilanjutkan ke arah yang lain. Gerakan ini bertujuan untuk melemaskan otot-otot
sekitar lehar dan bahu.
3. Latikan
gerkan kepala ditambah dengan berjalan di tempat. Berguna untuk meningkatkan
suhu tubuh.
4. Gerak
2 diulang.
5. Mendorong
bahu ke depan dilanjutkan gerakan memutar bahu ke belakang sampai 4x.
6. Gerakan
langkah tunggal dan gerakan langkah ganda sambil menggerakkan jari-jari untuk
meningkatkan suhu tubuh dan relaksasi jari-jari serta tubuh bagian atas.
Diulang sebanyak 2 kali.
7. Gerakan
maju mundur dengan disertai menggunakan tangan secara perlahan-lahan lalu
didorong ke depan dan ke samping.
8. Gerakan
tubuh bagian bawah dengan mengangkat kaki juga ke samping.
9. Gerakan
peregangan dinamis.
Mendorong tangan secara bergantian
ke sudut kanan dan kiri sebanyak 8 kali dilanjutkan dengan sisi tubuh sebanyak
8 kali, otot-otot dada beserta paha belakang diakhiri dengan mengayun ke kanan
dan ke kiri.
10. Peregangan
statis
Menahan selama 8 hitungan
dilanjutkan dengan peregangan betis, peregangan otot paha bagian bawah, rotasi
tubuh bagian atas dialnjutkan dengan pernapasan. Diulangi peregangan statis di
sisi lain.
11. Diakhiri
dengan gerakan pernapasan.
Latihan Inti 1
Bertujuan untuk :
1. Melatih
kerja jantung dan paru-paru.
2. Melatih
koordinasi gerak.
3. Melatih
keseimbangan tubuh.
4. Menguatkan
otot-otot besar.
Gerakan tahap latihan inti 1 :
1. Diawali
dengan gerakan peralihan untuk relaksasi jari-jari, bahu dan siku.
2. Gerakan
membuka dan menutup kaki dengan langkah tunggal dan langkah ganda.
3. Jalan
maju mundur melatih otot pada bagian depan / quadriceps dilanjutkan mengangkat
kaki untuk melatih paha bagian samping dan bagian dalam.
4. Melangkah
ke samping dikombinasi melatih otot paha bagian belakang / hamstring
dilanjutkan dengan gerakan ke sudut kanan dan kiri.
5. Mendorong
tangan dan kaki ke samping, belakang, lalu serong kanan dan kiri diakhiri
mendorong ke depan.
6. Gerakan
strengthening and balancing
Menguatkan otot-otot kaki, paha luar
dan dalam, dada, punggung dan lengan dilanjutkan dengan menekuk lutut lalu
mendorong ke belakang diakhiri dengan gerakan menyerong ke kanan dan ke kiri.Menekuk
lulut dan pergelangan kaki melingkar ke arah dalam dan luar.Diakhiri gerakan
pernapasan.
Latihan Inti 2
1. Gerakan
tahap latihan inti 2 (menggunakan bola kecil) :
Menggenggam bola dan meregangkan
telapak tangan untuk melatih sendi jari-jari tangan.Menekuk pergelangan tangan
berguna untuk sendi-sendi pergelangan tangan.Pergelangan tangan merentang ke
samping dengan pergelangan ke arah yang berbeda.Diakhiri rotasi.
2. Gerakan
tahap latihan inti 2 (menggunakan bola besar) :
a. Menekuk
bola hinga terasa di otot-otot punggung dan perut.
b. Rotasi
untuk perputaran tubuh bagian atas dilanjutkan gerak interval (mendribble bola
sebelum gerakan selanjutnya).
c. Miringkan
badan ke kanan dan ke kiri.
d. Menggerakkan
otot dada dan lengan dilanjutkan gerakan interval.
e. Memutar
bola ke kanan dan ke kiri.
f. Mengangkat
kaki kanan dan kiri secara bergantian dilanjutkan gerakan interval.
g. Mendorong
kaki ke kanan dan ke kiri untuk melatih oto quadriceps dan hamstring.
h. Membuat
angka 8 untuk melatih tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Lalu kembali ke
posisi semula.
Cooling Down (Pendinginan)
1. Diawali
pernapasan sambil menundukkan kepala dan kembali tegak. Mendorong tangan dengan
ayunan badan bagian atas ke sisi kanan dan kiri.
2. Mengambil
napas dari hidung dan membuang napas dari mulut diulang sebanyak 4 kali.
3. Mengambil
napas turun ke posisi menekuk lutut akan terasa peregangan otot punggung dan
kontraksi otot perut serta relaksasi tubuh bagian atas. Lalu kembali ke posisi
awal.
4. Peregangan
dinamis
Mengayunkan tangan ke depan dan ke belakang sebanyak
6 kali.
5. Peregangan
statis untuk sisi tubuh bagian smaping kanan dan kiri, otot betis, lengan ,
pergelangan tangan, otot paha dalam dan rotasi tubuh bagian atas.
6. Diakhiri
dengan gerakan pernapasan.
C. RUMUSAN MASALAH
1.
Identifikasi Masalah
Melihat pada situasi
dan resiko kesehatan yang telah di uraikan diatas beberapa permasalahan yang
dapat kami identifikasi adalah :
a. Kegiatan Preventif dan promotif sebagai
usaha untuk pemberian kegiatan senam
rematik kurang optimal di masyarakat sehubungan dengan pengetahuan yang terbatas, sehinga perlu
di lakukan kegiatan penyuluhan
b. Banyaknya lansia yang menderita nyeri
sendi.
c. Belum pernah diadakan pelatihan senam
rematik.
d. Keterbatasan sumber dana dan sumber daya
manusia dalam kegiatan sosialisasi kesehatan masyarakat dilingkungan RW VII Petoran Kelurahan Jebres.
2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikembangkan dalam usulan
pengabdian masyarakat ini adalah :
“Apakah dengan melakukan sosialisasi senam rematik
pada kader kesehatan dapat merubah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan
kader kesehatan serta dapat mengurangi nyeri sendi pada lansia dimasa sekarang dan yang akan datang?
D.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Secara sistimatis kerangka
penyelesaian masalah melalui penerapan IPTEK digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Metodologi
TAHAP I:
Input Proses Output
E.
KHALAYAK SASARAN
Target luaran yang diharapkan
dari pengabdian masyarakat ini adalah:
1. 100 % dari peserta penyuluhan yang terdiri
dari kader kesehatan RW VII
Petoran Kelurahan Jebres dapat memahami tentang senam rematik.
2. Kader kesehatan sebagai peserta penyuluhan mempunnyai kemampuan
untuk mentransfer kembali informasi dan menjadi instruktur senam rematik.
3. Mengembangkan sistim pelaporan yang dapat
dipakai untuk monitoring dan evaluasi keberhasilan program preventif nyeri sendi.
F.
INSTITUSI TERKAIT
Institusi yang diikutsertakan
dalam pengabdian masyarakat berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat
adalah kader kesehatan RW VII Kalurahan Jebres Kecamatan Jebres Kota Surakarta
dimana terdapat banyak lansia yang mengalami nyeri sendi.
G.
METODE KEGIATAN
Dari
beberapa permasalahan yang paling menonjol dan memerlukan penanganan atau
tindak lanjut adalah sosialisasi kesehatan
yang dilakukan oleh kader kesehatan sehingga solusi
yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian penyuluhan Kesehatan tentang senam rematik.
2. Pemberian pelatihan (demonstrasi) senam
rematik.
3. Metode yang digunakan adalah ceramah, pemutaran video dan demonstrasi senam
rematik
Kader kesehatan diberi wawasan mengenai
senam rematik dan diberi pelatihan tentang senam rematik, kemudian kader
kesehatan akan menjadi model / instruktur senam rematik bagi warga sekitar
terutama lansia.
Metode yang digunakan agar tercapai tujuan
dari usulan pengabdian masyarakat ini adalah:
a. Pemberian materi yang akan disampaikan
sehingga memudahkan peserta untuk mempelajari dan mengikuti pesan yang
disampaikan
b. Ceramah sebagai metode komunikasi searah dan diskusi atau tanya jawab sebagai metode komonikasi dua
arah.
c. Pemutaran videodan demonstrasi sebagai media untuk mempermudah kader kesehatan mengaplikasikan senam
rematik.
4. Khalayak sasaran dalam usulan pengabdian
masyarakat ini adalah: Kader
kesehatan RW VII Petoran kelurahan Jebres, sedang manfaat dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan melatih parakader kesehatan tentang senam rematik sehingga
dapat mengajari lansia yang menderita nyeri sendi yang pada akhirnya nyeri
sendi berkurang.
H.
RESUME PELAKSANAAN
Tempat : Rumah Bidan Titik Di RW VII Petoran
Hari / tanggal : 17 November 2013
Waktu : Pukul 15.30 sampai 17.30 WIB.
Tujuan umum :
Setelah mengikuti sosialisasi (penyuluhan
dan demonstrasi) senam rematik, kader kesehatan
mampu mengetahui dan mendemonstrasikan kembali tentang senam rematik.
Tujuan khusus :
Setelah
mengikuti sosialisasi (penyuluhan dan demonstrasi) senam rematik, kader
kesehatan mampu:
a.
Menyebutkan pengertian senam rematik
b.
Menyebutkan tujuan senam rematik
c.
Menyebutkan waktu yang tepat pelaksanaan senam rematik
d.
Menyebutkan tahap-tahap senam rematik.
e.
Mendemonstrasikan senam rematik
Pelaksanaan kegiatan :
Acara:
1. Pembukaan
Pembukaan diawali dengan
sambutan Ketua Kader Kesehatan RW VII Petoran.
2. Acara inti
a. Penyampaian pendahuluan tentang senam
rematik
b. Penyampaian materi soasialisasi
tentang senam rematik
c. Menayangkan video tentang tentang
senam rematik
d. Mendemonstrasikan gerakan senam
rematik
e. Tanya jawab dengan para audiens
tentang materi yang telah disampaikan
f. Praktek langsung tentang gerakan senam
rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander,
Guire, Thellen, Miller, Schultz, Grunawalt & Giorgani 2000, Self Reported Walking Ability Predicts
Functional Mobility Performance In Frail Older Adults, Journal Of American Geriatrics Society, Vol. 41, No, 11, 1408-1413.
Azizah,
L Ma’rifatul 2011, Keperawatan Lanjut
Usia, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Darmojo,
B 2010, Buku Ajar Geriatri : Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut, edisi 4, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Fatkuriyah,
L 2010, Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di
Desa Sudimoro Kecamatan Tulungan Kabupaten Sidoarjo, Skripsi, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Ferrucci,
Luigi 2006, Effects Of A physical Activity Intervention On Measurement Of Physical Performance : Result Lifestyle
Interventions And Independence For Elder Pilot (LIFE-P) Study, Journal Of Gerontology, MEDICAL
SCIENCES, Vol. 61A, No. 11, 1157-1165.
Gallo,
Joseph J 1998, Buku Saku Gerontologi, Alih Bahasa : James Veldman, edisi 2, EGC, Jakarta.
Hardy,
Perera, Roumani, Chandler & Studenski 2007, Improvement In Usual Gait Speed
Predicts Better Survival In Older Adults. Journal
American Geriatrics Society, Vol. 55, No. 11
Kushariyadi
2011, Asuhan Keperawatan Pada Klien
lanjut Usia, Salemba Medika, Jakarta.
Lueckenotte
1998. Pengkajian Gerontologi.
Ahli bahasa oleh : Aniek maryunani, EGC, Jakarta
Maryam,
Ekasari, Rosidawati, Jubaedi & Batubara 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta.
Nugroho,
H Wahjudi 2008, Keperawatan
Gerontologi, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Prawiro,
M D 2012, Hidup Lansia Semakin Lama,
BKKBN.go.id/rubrik/180, Jawa Tengah.
Pudjiastuti,
S S & Utomo 2003, Fisioterapi Pada
Lansia, EGC, Jakarta.
Nuhonni
& Tulaar, Senam Rematik, 2008
(VCD) Jakarta : Pfizer.
Stanley,
M & Beare, P Gauntlett 2006, Buku
Ajar Keperawatan Gerontik, edisi 2, EGC, Jakarta.
Stockslanger,
JL & Schaeffer, L 2007, Buku Saku
Asuhan Keperawatan Geriatrik, edisi 2, EGC, Jakarta.
Tamher,
S & Noorkasiani 2009, Kesehatan Usia
Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Thrisyaningsih,
Probosuseno dan Astuti 2011, Senam Bugar Lansia Berpengaruh Terhadap Daya Tahan
Jantung paru, Status Gizi Dan Tekanan Darah, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol 8, No 1.
Utama,
Hendra 2000, Geriatri ( Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), edisi ke-2, EGC, Jakarta.
Wardhani,
Nuhonni, Tamin, Wahyudi & Kekalih 2011, Kekuatan Otot Dan Mobilitas Usia
Lanjut Setelah Latihan Penguatan Isotonik Quadriceps Femoris Di Rumah, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 61,
No. 1.